Untuk Atasi Krisis Pembelajaran Mendikbud Luncurkan Kurikulum Merdeka

Jakarta, PSKP – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar sebagai bagian dari Merdeka Belajar Episode ke-15, pada Jumat 11 Februari 2022, pukul 10.00-11.30 WIB secara langsung melalui kanal YouTube Kemendikbud: https://youtu.be/T2-s6yY9yoI. 

Dalam paparannya, Nadiem menyampaikan bahwa peluncuran hari ini sudah ditunggu-tunggu sejak lama, karena terobosan ini berhubungan langsung dengan akselerasi mutu pembelajaran dan peningkatan kualitas guru, yaitu Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar.

Nadiem lantas menjelaskan latar belakang peluncuran kurikulum ini. Menurutnya, Indonesia sudah mengalami krisis pembelajaran dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Hal itu tampak dari angka tes PISA yang relatif masih sangat perlu untuk diperbaiki. Pada tes PISA 2018, terdapat 70 % siswa usia 15 (lima belas) tahun memiliki skor di bawah kompetensi minimum untuk membaca. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut dibutuhkan berbagai solusi.

Pada saat pandemi COVID-19 krisis pembelajaran menjadi lebih parah, karena terjadi perubahan  sistem pembelajaran, yakni dari tatap muka beralih ke pembelajaran jarak jauh. Asesmen dan kalkulasi terhadap dampak dari lerning loss telah dilakukan. Learning loss dikuantifikasi berdasarkan waktu dan hasilnya dari sisi literasi terjadi kehilangan sekitar 6 (enam) bulan pembelajaran, dan untuk numerasi kehilangan 5 (lima) bulan pembelajaran (baca juga Risalah Kebijakan Nomor 29, November 2021).

Tidak menutup kemungkinan banyak sekolah yang mengalami learning loss yang jauh lebih besar dari penghitungan rata-rata ini, terutama di daerah-daerah terpencil. “Oleh karena itu, kita membangun suatu solusi kurikulum berdasarkan keinginan kita untuk mengejar ketertinggalan tersebut,” ujar Mendikbudristek.

Untuk mengejar ketertinggalan dalam literasi dan numerasi di masa pandemi, salah satu strategi yang sudah dilakukan adalah dengan meluncurkan Kurikulum Darurat. Hal ini merupakan langkah pertama menuju Kurikulum Merdeka. Pada Kurikulum Darurat dilakukan penurunan materi secara drastis agar para pelajar dan pengajar bisa fokus untuk mendalami topik-topik paling esensial.

Kemendikbudristek tidak memaksa sekolah untuk menggunakan Kurikulum Darurat, namun pada akhirnya 31,5% sekolah menggunakan kurikulum tersebut selama pandemi karena jauh lebih sederhana, fokus, dan mampu beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh. Hasilnya, sekolah-sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat dapat meminimalkan learning loss daripada sekolah-sekolah menggunakan Kurikulum 2013 secara utuh.

Hal ini membuktikan bahwa kepadatan materi yang selama ini dititipkan dalam materi pembelajaran tidak berdampak positif pada hasil belajar siswa. Justru sebaliknya, semakin ringkas dan sederhana kurikulum, maka pendalaman materi semakin baik.

Atas dasar itu, Kemendikbudristek berupaya mengembangkan Kurikulum Merdeka yang lebih fleksibel, fokus pada materi yang esensial, dan memberikan keleluasaan bagi guru untuk menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Sejak Tahun Ajaran 2021/2022 Kurikulum Merdeka telah diimplementasikan di hampir 2.500 satuan pendidikan yang mengikuti Program Sekolah Penggerak (PSP).

 

Platform Merdeka Mengajar

Untuk mendukung penerapan Kurikulum Merdeka, Kemendikbudristek juga menyediakan aplikasi bagi guru untuk dapat terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik.

Guru dapat mengakses platform Merdeka Mengajar ini melalui aplikasi di gawai Android atau melalui laman situs https://guru.kemdikbud.go.id/. Visi melalui platform ini adalah untuk menciptakan ekosistem kolaboratif untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran dan iklim kerja yang positif.

Platform Merdeka Mengajar dapat membantu guru mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman untuk menerapkan Kurikulum Merdeka, serta menjadi seorang pengajar yang lebih baik.

Platform ini diyakini akan menjadi teman penggerak untuk guru dalam mewujudkan Pelajar Pancasila. Fungsi utamanya adalah untuk membantu guru untuk mengajar dengan menggunakan Kurikulum Merdeka secara efektif, sebagai sarana belajar untuk meningkatkan keterampilan guru, serta menjadi sarana untuk berkarya, membangun jejaring, dan menjadi media berbagi guru.

Berbagai referensi telah tersedia bagi guru untuk mengembangkan praktik mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Saat ini, tersedia sekitar 2.000 referensi perangkat ajar berbasis Kurikulum Merdeka, serta perangkat asesmen siswa yang dapat membantu guru melakukan analisis diagnostik literasi dan numerasi dengan cepat. “Melalui perangkat ini, guru dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan peserta didik,” papar Nadiem.

Mengakhiri paparannya Mendikbud mengajak semua pihak untuk bergerak bersama mewujudkan transformasi pendidikan di Indonesia melalui penerapan Kurikulum Merdeka dan pemanfaatan platform Merdeka Mengajar. [Linda E.]