Peneliti RISE Yue-Yi Hwa: Akuntabilitas Guru Bergantung Konteks Sosial Budaya

Jakarta, PSKP -- Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan (PSKP), Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kemendikbudristek berkolaborasi dengan SMERU Research Institute mengadakan seminar hibrida, secara luring dan daring pada Jumat 05 Agustus 2022. 

Pembicara utama pada seminar ini adalah peneliti di Research on Improving Systems of Education (RISE), Yue-Yi Hwa. RISE merupakan program penelitian global yang berusaha memahami bagaimana sistem pendidikan di negara berkembang dapat mengatasi krisis pembelajaran. Paparan yang dibawakan oleh Yu-Yie mengangkat topik Akuntabilitas Guru, Konteks Sosial Budaya, dan Mutu Pendidikan dengan meninjau data PISA dan wawancara di Finlandia dan Singapura. Selain berstatus sebagai peneliti di program RISE, Yue-Yi yang berkbangsaan Malaysia ini juga merupakan peneliti dari Oxford University.

Widjajanti Isdijoso selaku Direktur SMERU Research Institute dalam sambutannya memaparkan bahwa SMERU telah berkolaborasi dengan program RISE dalam melakukan penelitian di bidang pendidikan. “Harapannya, hasil riset ini dapat berkontribusi dalam evaluasi pendidikan khususnya di Indonesia. Di masa mendatang, kami berharap PSKP dapat ikut berkolaborasi khususnya dalam memberikan masukan untuk evaluasi kebijakan-kebijakan di lingkungan Kemendikbudristek secara umum,” ujar Widjajanti Isdijoso. 

Seminar yang diselenggarakan di Ruang Graha Gedung E lantai 19, Kompleks Kemendikbud Senayan-Jakarta ini juga menghadirkan Destina Wahyu Winarti selaku Senior Qualitative Researcher di RISE dan Fransisca Nur’aini Krisna, Koordinator Evaluasi Kebijakan dan Sistem Pendidikan, PSKP. Seminar dipandu oleh Oky Adrian, Koordinator Kerja Sama dan Komunikasi Publik, BSKAP. Peserta seminar berasal dari berbagai kalangan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, mulai dari guru, kepala sekolah, staf kesiswaan, dosen, hingga peneliti.


Yue-Yi memamparkan hasil penelitiannya.

Dalam paparannya, Yu-Yie menyajikan hasil-hasil penelitian yang membahas secara komprehensif tentang kondisi sistem pendidikan, khususnya di Singapura dan Finlandia. Pembahasan mengarah lebih spesifik pada topik akuntabilitas guru, di mana aspek penting dalam akuntabilitas adalah kepercayaan dalam menjalankan sistem pendidikan. Kepercayaan dari pemerintah penting dalam memberikan ruang bagi sekolah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswanya. 

Namun Yu-Yie menekankan bahwa “context matters, no one size fits all”. Artinya studi kasus yang dipaparkan konteksnya pada negara dengan sistem pendidikan yang sudah relatif baik, didukung pula oleh status sosial budaya dan ekonomi masyarakatnya. “Data statistik tidak dapat memberi tahu mengapa atau apa kondisi yang sebenarnya terjadi, sehingga dibutuhkan pendekatan mendalam, misalnya dengan melakukan penelitian kualitatif melalui wawancara ke sekolah-sekolah,” ujar Yu-Yie.

Diskusi berlanjut ke pemaparan singkat dari Destina Wahyu Winarti tentang bagaimana kualitas guru, khususnya di Indonesia dapat ditingkatkan. “Perlu mekanisme untuk memastikan guru memiliki kompetensi yang baik dalam menyampaikan pengajaran yang berkualitas, sehingga pengajarannya dapat dipertanggungjawabkan,” ujar Destina. Selain itu, topik tentang bagaimana pentingnya peningkatan gaji guru juga disinggung. “Gaji merupakan bentuk motivasi profesional kepada guru,” paparnya. 


Tanggapan Destina Wahyu Winarti dan Fransisca Nur’aini Krisna.

Fransisca Nur’aini Krisna selaku koordinator Evaluasi Kebijakan dan Sistem Pendidikan, PSKP juga menambahkan bahwa banyak program yang sudah digagas Kemendikbudristek. Salah satunya adalah Guru Penggerak. “Guru ditunjuk menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong secara holistik, aktif, dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya,” ujar Fransisca. 

Seminar berlangsung secara interaktif dengan melibatkan peserta juga ke dalam diskusi. Di penghujung acara, Plt. Kepala PSKP Irsyad Zamjani menutup seminar dengan memberikan beberapa kesimpulan dari diskusi. “Adanya standar sangat membatasi, sehingga tidak semua aspirasi dan kompetensi profesional guru dapat tersalurkan. Hal ini yang menjadi tugas bersama untuk dipetakan di konteks Indonesia dengan mengacu pada contoh negara-negara yang sudah baik sistem pendidikannya,” ujar Irsyad Zamjani. 

Pada akhirnya, sangat penting bagi guru untuk dapat mengekspresikan diri sehingga mampu menyalurkan kompetensinya secara maksimal. Dengan begitu, besar harapan kita agar kualitas pembelajaran yang diberikan secara berkesinambungan dapat ditingkatkan. [Arum]

Penutupan oleh Plt Kepala PSKP Irsyad Zamjani.