Beberapa kajian menyebutkan bahwa kurikulum yang lebih
sederhana dapat mendorong hasil belajar yang lebih baik terutama ketika pembelajaran
mengalami keterbatasan, seperti saat pandemi COVID-19. Penyederhanaan kurikulum
adalah perubahan kurikulum yang berfokus pada pembelajaran kompetensi esensial,
yaitu literasi dan numerasi. Hasil studi selama masa pandemi menunjukkan bahwa
siswa yang menggunakan Kurikulum Kondisi Khusus (kurikulum darurat) memiliki capaian
literasi dan numerasi yang lebih baik dibandingkan siswa di sekolah yang masih menerapkan
Kurikulum 2013 secara penuh, di mana selisih capaian antara kedua kelompok tersebut
setara dengan 4 bulan belajar. Dampak penggunaan kurikulum darurat ini terbukti
mengurangi risiko learning loss bagi siswa, terutama mereka yang berasal dari
kelompok rentan (keluarga di daerah tertinggal, orang tua berpendidikan rendah,
dan memiliki keterbatasan buku teks).