Penguatan Literasi dan Numerasi melalui Kebijakan Merdeka Belajar Diapresiasi dalam Seminar di Pune, India

Pune, Maharashtra, India – Pada 19 Juni 2023, Plt. Kepala Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan, Irsyad Zamjani, menjadi panelis dalam seminar bertema “Ensuring Foundational Literacy and Numeracy in the context of Blended Learning”. Seminar tersebut mendahului rangkaian pertemuan G20 4th Education Working Group (EdWG) dan Ministerial Meeting, 20-22 Juni 2023 di Pune, Maharashtra, India. 

Irsyad Zamjani menyampaikan presentasi bertajuk “Building Foundational Skills through Curriculum Reform: Indonesia’s Experience”. Irsyad menyatakan bahwa penguatan literasi dan numerasi sebagai keterampilan fondasional merupakan salah satu fokus utama inisiatif Merdeka Belajar yang diupayakan melalui berbagai kebijakan yang saling selaras. 

Merujuk pada berbagai studi, Indonesia dinilai telah berhasil meluaskan akses pendidikan, namun masih terkendala dengan peningkatan kualitas hasil pembelajaran. Hasil pengukuran Programme for International Student Assessment (PISA) dua puluh tahun belakangan belum menunjukkan perkembangan kualitas yang menjanjikan. Begitu pula, hasil Asesmen Nasional (AN), menunjukkan kesenjangan mutu pendidikan yang nyata antardaerah. 

Pandemi Covid-19 yang diikuti dengan penutupan sekolah, kemudian memperburuk kondisi tersebut karena banyak siswa kehilangan hasil belajar (learning loss). Di sisi lain, penerapan kurikulum dalam kondisi khusus (Kurikulum Darurat), yakni Kurikulum 2013 yang disederhanakan materinya dengan fokus pada konten yang esensial, ternyata terbukti mampu mendorong hasil belajar yang lebih baik.

Kondisi itu menguatkan urgensi untuk mendorong penerapan Kurikulum Merdeka untuk pemulihan pembelajaran dengan fokus pada kecakapan fondasional, seperti literasi, numerasi, dan karakter. Penerapan kurikulum ini didukung dengan menyediakan Platform Merdeka Mengajar yang berisi berbagai konten pelatihan, contoh-contoh perangkat ajar, serta praktik baik yang dapat dipelajari oleh guru dalam rangka menerapkan Kurikulum Merdeka.

Irsyad juga menambahkan, perubahan kurikulum telah sejalan dengan berbagai kebijakan lainnya. Kemampuan literasi dan numerasi menjadi komponen Standar Kompetensi Lulusan yang diajarkan secara lebih kontekstual melalui Kurikulum Merdeka, dipantau pencapaiannya melalui Asesmen Nasional, dan dilaporkan hasilnya kepada sekolah dan pemda melalui platform Rapor Pendidikan sebagai bahan refleksi untuk perbaikan berkelanjutan. 

Evaluasi terhadap individu siswa dilakukan oleh guru dan sekolah untuk mengetahui perkembangan siswa melalui asesmen formatif. Hasil asesmen menjadi dasar bagi guru dalam melakukan pembelajaran berdiferensiasi. Selain itu, evaluasi sistem pendidikan dilakukan melalui asesmen nasional, yang mengukur kemampuan dasar literasi, numerasi, dan karakter siswa di semua jenjang pendidikan. 

Hasil asesmen nasional kemudian ditampilkan melalui aplikasi Rapor Pendidikan, sehingga dapat diakses oleh setiap satuan pendidikan dan pemerintah daerah sebagai bahan untuk melakukan refleksi dan upaya perbaikan melalui perencanaan berbasis data.


Dalam seminar tersebut, upaya transformasi pendidikan yang dilakukan oleh Indonesia mendapat apresiasi dari berbagai negara dan organisasi internasional. Hal itu karena agenda perubahan yang dilakukan telah sejalan dengan fokus dan agenda pendidikan global, serta dilakukan secara masif, mengingat sistem pendidikan di Indonesia merupakan terbesar keempat di dunia.

Forum ini menjadi sarana penting berbagi praktik baik penguatan literasi dan numerasi dalam beragam konteks. Selain dari Indonesia, beberapa sesi seminar juga menghadirkan para panelis dari India, Inggris, Australia, Amerika Serikat, Spanyol, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Afrika Selatan, dan China. Termasuk juga panelis dari perwakilan organisasi internasional seperti OECD, UNESCO, dan UNICEF.

Selain mengikuti seminar, delegasi dari Indonesia yang terdiri dari Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan (PSKP) dan Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) Kemendikbudristek, juga turut serta dalam pameran. Dalam pameran tersebut ditampilkan berbagai studi terkait literasi dan numerasi yang dilakukan oleh INOVASI bekerja sama dengan PSKP, antara lain hasil studi tentang kehilangan hasil belajar (learning loss), disparitas hasil belajar (learning gap), dan penggunaan bahasa ibu untuk pembelajaran di kelas awal.

Topik-topik studi yang dipamerkan ternyata menjadi perhatian bersama bagi negara-negara G-20. India salah satunya, telah menyelenggarakan Foundational Learning Study (FLS) melalui asesmen terhadap lebih dari 86.000 siswa dengan 20 bahasa lokal guna mengetahui capaian hasil belajar, khususnya pada aspek literasi dan numerasi. 

Keikutsertaan Indonesia pada kegiatan EdWG merupakan ajang saling belajar dan berbagi di antara negara-negara anggota G-20. Hal ini menjadi cerminan kolaborasi dan upaya bersama dalam meningkatkan mutu pendidikan. [Lukman S]