logo-tut-wuri

Membentuk Peneliti Adaptif melalui Lokakarya Penelitian di Masa Pandemi

Pengunggah
-
Tanggal Terbit
2021-02-11
Bagikan Laman Ini

Jakarta, Puslitjak - Jauh sebelum pandemi COVID-19 terjadi, dunia penelitian telah dihadapkan pada dua tantangan utama, yaitu metodologi dan etika. Ketika pandemi terjadi, mekanisme penelitian yang berkaitan dengan metodologi dan etika penelitian perlu melakukan penyesuaian.

Aktivitas penelitian tidak lagi dapat sepenuhnya dilakukan secara tatap muka karena pembatasan sosial untuk mengurangi potensi penularan. Peneliti tidak lagi dapat leluasa bertemu dengan responden atau melakukan observasi di lokasi penelitian mereka. Validitas dan reliabilitas data yang dikumpulkan menjadi tantangan tersendiri sehingga peneliti perlu adaptif terhadap berbagai perubahan yang terjadi.

Sebagai sebuah lembaga kajian, Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak) memahami bahwa peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) penelitian penting untuk menjamin keterlaksanaan penelitian dapat sesuai kaidah ilmiah, sekaligus adaptif terhadap perubahan karena pandemi. Oleh karenanya, untuk meningkatkan mutu hasil penelitian melalui peningkatan kapasitas SDM penelitian, Puslitjak menyelenggarakan lokakarya (workshop) pelaksanaan penelitian di masa pandemi pada tanggal 9 dan 10 Februari 2021 secara daring.

Lokakarya yang diselenggarakan dalam dua hari tersebut diikuti oleh 67 peneliti, perekayasa, dan staf di lingkungan Puslitjak. Sebagai upaya meningkatkan kompetensi melalui pengalaman berbagai pihak, lokakarya ini menghadirkan narasumber dari The SMERU Research Institute (SMERU), Ulfah Alifia yang didampingi oleh Florischa Ayu Tresnatri.

Dalam paparannya, Ulfah banyak membagi pengalaman melakukan penelitian di tengah pandemi, dan bagaimana berbagai strategi dan penyesuaian dilakukan tanpa melupakan prosedur ilmiah dan etika penelitian. “Validitas data hasil penelitian tetap diutamakan. Namun, kesehatan tidak boleh dilupakan,” ujar Ulfah dalam paparannya. Oleh karenanya, peneliti perlu lebih kreatif mencari berbagai strategi penelitian yang dilakukan.

Penguasaan teknik pengumpulan data, perangkat (tools) olah dan analisis data, strategi kemitraan dengan peneliti lokal dan pihak eksternal, perlu menjadi keterampilan tersendiri bagi seorang peneliti. Tujuannya, penelitian tetap dapat efektif dijalankan melalui berbagai pendekatan meskipun menghadapi keterbatasan.

Setidaknya ada tiga tantangan utama yang dihadapi dalam melaksanakan penelitian di tengah pandemi. Pertama, tantangan metodologi. Tantangan ini berkaitan dengan kualitas data penelitian yang dikumpulkan yang menurut Ulfah, berpotensi mengalami bias karena peneliti tidak dapat terjun langsung mengawal data yang dikumpulkan di lapangan.

Tantangan kedua, etika penelitian. Ini berkaitan dengan berbagai kebijakan penelitian yang perlu diperhatikan karena sering kali berdampak langsung pada kualitas data yang didapatkan. Sistem insentif atau kompensasi, kondisi dan waktu yang dimiliki responden, kebijakan keamanan data, serta protokol kesehatan menjadi beberapa bagian dalam tantangan kedua ini.

Dan yang terakhir, tantangan manajerial. Rekruitmen dan pelatihan tenaga lapangan/enumerator, pengelolaan waktu pengumpulan data, serta strategi mengelola keterbatasan lokasi penelitian seperti keterbatasan jaringan internet, pemahaman responden, dan sebagainya menjadi bagian penting dalam menentukan apakah sebuah penelitian dapat tetap efektif dijalankan.  

Selain berbagi pengalaman penelitian, lokakarya ini lebih banyak diisi dengan sesi diskusi dan simulasi kelompok pada beberapa topik penelitian bidang pendidikan dan kebudayaan. Peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil dan berdiskusi tentang tujuan serta pertanyaan penelitian, hingga menurunkannya pada variabel dan bagaimana data penelitian tersebut dikumpulkan. Peserta juga diajak untuk mampu melakukan perencanaan dan mitigasi, jika prosedur tatap muka sama sekali tidak dapat dilakukan  dalam proses pengumpulan data karena masih terdampak pandemi.

Plt. Kepala Puslitjak Irsyad Zamjani menyambut baik lokakarya ini sebagai bekal untuk melakukan penelitian kebijakan di tahun 2021. “Idealnya, hasil penelitian merupakan dasar dari kebijakan. Oleh karenanya, prosedur kritis dan ilmiah tidak bisa terlepaskan dalam proses penelitian yang dijalankan. Peneliti perlu lebih kreatif dan inovatif dalam melakukan penelitian dan menjamin hasil penelitian teruji validitasnya, meskipun kondisi banyak membatasi,” ujar Plt. Kepala Puslitjak dalam sambutannya. [Diyan/Lukman]