Strategi komunikasi kebijakan Kurikulum Merdeka
belum sepenuhnya berjalan efektif. Hal tersebut ditandai dengan pemberitaan
Kurikulum Merdeka sepanjang 11 Februari hingga 4 Maret 2022 yang sebagian besar
bernada positif, namun jumlahnya relatif minim jika dibandingkan dengan
pemberitaan topik pendidikan lain, yaitu hanya 66 artikel berita. Sebagian
besar artikel mengulas tentang keunggulan Kurikulum Merdeka, meskipun masih ada
ulasan bernada kritik dan saran terhadap implementasi Kurikulum Merdeka. Bahasan
mengenai kebingungan guru dan siswa, tantangan kolaborasi antar pihak,
rendahnya kompetensi guru, dan sinkronisasi dengan perguruan tinggi, merupakan
beberapa ulasan bernada kritik yang perlu mendapat perhatian. Hal lain yang
menjadi catatan adalah terdapat sekitar 1.502 unggahan mengenai Kurikulum
Merdeka di Twitter pada periode 11 Februari - 4 Maret 2022. Jumlah ini relatif
lebih sedikit jika dibandingkan topik pendidikan lainnya. Dari sejumlah
unggahan tersebut, sekitar 44% bernada positif, 41% netral, dan 14,6% lainnya
bernada negatif.
Berdasarkan hasil analis ditemukan sejumlah akar
permasalahan, yaitu belum maksimalnya penggunaan platform media sosial,
kurangnya influencer yang terlibat, dan belum maksimalnya peran kehumasan.
Untuk mengatasi hal tersebut, direkomendasikan 4 alternatif kebijakan, yaitu
melakukan evaluasi dan perbaikan strategi kehumasan, mengupayakan peningkatan
SDM bidang kehumasan, memaksimalkan penggunaan platform media sosial, dan
menggunakan influencer dalam komunikasi kebijakan Kurikulum Merdeka.