Kembali ke Atas

Kabar

Kisah Feri, Lulusan SMK yang Siap Kerja

Keberhasilan bukanlah milik orang pintar. Keberhasilan adalah kepunyaan mereka yang senantiasa berusaha.” Kalimat dari B.J. Habibie ini bisa menjadi salah satu pemantik perjuangan dalam menggapai impian. 

Terkadang, suatu impian terkesan mustahil bagi sebagian orang karena banyaknya keterbatasan. Tak terkecuali bagi Feri Yulianto, seorang anak dari keluarga sederhana yang mampu membuktikan bahwa keberhasilan seseorang sangat bergantung pada usahanya. 

 Feri merupakan alumni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Salatiga yang saat ini bekerja sebagai supervisor produksi di Dtech Engineering Salatiga, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang mechanical engineering dan design product

Feri menjadi contoh bahwa keterbatasan bukanlah halangan. Daya juang yang tinggi dapat memacu diri untuk menggapai impian yang dicita-citakan. 

***

Sebelumnya, Feri menempuh pendidikan di jurusan teknik pemesinan SMK Negeri 2 Salatiga. Sejak 2022, SMK Negeri 2 Salatiga mendapatkan Program SMK Pusat Keunggulan (SMK PK). Melalui program ini, sekolah mendapatkan dukungan peningkatan kualitas melalui kemitraan dan penyelarasan dengan dunia kerja. Hal ini diharapkan membuat lulusan SMK PK mampu memenuhi kebutuhan dunia kerja.

Sebagai lulusan program SMK PK, Feri merasa sangat terbantu dengan model pembelajaran Teaching Factory (Tefa) yang diterapkan di sekolahnya. Tefa sendiri merupakan model pembelajaran berbasis produksi atau jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. 

Model pembelajaran Tefa hadir untuk mengatasi permasalahan yang ada pada SMK dan industri, sehingga SMK dapat memahami apa yang dibutuhkan oleh industri dan industri memahami apa yang menjadi kesulitan dari SMK. Melalui model pembelajaran ini, Feri merasakan banyak keuntungan. Salah satunya, pengalaman kerja nyata yang membuat ia lebih siap menghadapi dunia kerja.

Feri dikenal sebagai anak yang ulet, pekerja keras, gigih, dan memiliki daya juang yang tinggi. Hal itu diakui oleh guru dan orang tuanya. Alasan itu pula yang membuat Dtech Engineering Indonesia mampu melihat potensi Feri dan merekrutnya menjadi karyawan tetap di bagian produksi. 

***

Selayaknya orang yang baru memasuki dunia kerja, awal Feri bekerja di industri tentu tidak mudah. Kesenjangan antara materi pelajaran yang didapatkan ketika bersekolah dengan praktik yang ia hadapi di dunia kerja, membawa tantangan tersendiri. Meskipun Feri telah menjalani praktik dan magang di dunia kerja saat bersekolah, tetapi praktik yang ia temukan ketika bekerja ternyata berbeda. Belum lagi budaya dan pola kerja dengan banyak orang, membuat Feri perlu lebih terampil beradaptasi. 

“Awalnya saya sangat merasa kesusahan, seperti bekerja dengan target dan kemudian berdiri menghadap mesin yang sering membuat kaki pegal. Apabila ada barang NG (Not Good), QC-nya (penanggung jawab Quality Control) marah-marah juga,” ungkapnya. 

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi Feri tidak membuat ia menyerah begitu saja. Beruntungnya, pembelajaran di SMK banyak melatih Feri untuk terbiasa menghadapi dunia kerja. Pengalaman dari pembelajaran Tefa memudahkan Feri beradaptasi dengan pola kerja dan budaya di industri. Ilmu dan pengalaman yang dibarengi dengan semangat tinggi membuat ia bisa bekerja lebih baik lagi saat sudah menjadi karyawan tetap di Dtech Engineering selepas lulus sekolah. 

Kesempatan mempelajari dunia kerja melalui program SMK PK dengan model pembelajaran Tefa sangat membantu Feri dalam mengenal pola dan budaya kerja secara langsung, khususnya engineering. “Mungkin tanpa Tefa, saya tidak bisa bekerja di Dtech Engineering saat ini,” ujarnya lugas. 


Suasana di Teaching Factory SMK Negeri 2 Salatiga.


Menurut Feri, pembelajaran Tefa sangat selaras dengan budaya kerja di industri. Misalnya, terkait pengoperasian mesin, membuat desain permesinan, ataupun membuat program key engineering materials (KEM). Selain itu, ia juga belajar untuk menjadi pribadi yang disiplin, mandiri, dan belajar menyelesaikan masalah secara efektif. Berbagai hal tersebut membuat Feri dan lulusan SMK yang lain merasa lebih siap dan mudah beradaptasi di dunia kerja.

Melalui pembelajaran dan praktik yang selaras dengan industri, memberi harapan bagi Feri untuk bekerja sesuai impiannya. Feri mendapat banyak pengalaman yang mungkin berbeda dibanding jika pembelajaran sekadar teori dan praktik terbatas yang tidak selaras dengan industri. Selain itu, ia juga memiliki kesempatan mempersiapkan diri secara matang untuk menghadapi dunia kerja dan mitigasi berbagai tantangan yang berpotensi akan dihadapi.

***

Feri Yulianto lahir dari orang tua pekerja serabutan yang tidak memiliki upah menentu. Sang ayah adalah pekerja dengan upah harian, sedangkan ibunya bekerja serabutan sebagai penjaga penginapan dengan upah bulanan sebesar 500 ribu rupiah.

Kondisi ekonomi keluarga yang sulit tersebut memupuskan harapan Feri untuk melanjutkan pendidikan di sekolah umum, apalagi hingga ke jenjang perguruan tinggi. Alasan ini yang menyebabkan Feri memilih melanjutkan pendidikannya di SMK. Harapannya, ia bisa langsung bekerja setelah lulus dan membantu perekonomian keluarga. 

Kondisi ekonomi yang terbatas tidak lantas membuat Feri merasa kecil hati. Sebagai anak, Feri menganggap kedua orang tuanya sebagai sosok yang hebat, karena meskipun tanpa penghasilan yang menentu, mereka tetap bisa menyekolahkan dia sampai lulus SMK. 

Oleh karena itu, tekadnya kuat untuk bisa membalas jasa dan kebaikan yang telah diberikan oleh orang tuanya. “Saya punya tekad untuk membalas kebaikan ibu dan ayah saya dengan memberangkatkan mereka berdua umrah atau melaksanakan ibadah haji,” ujar Feri bersemangat.

Meskipun telah bekerja, Feri masih menyempatkan diri membantu kedua orang tuanya. Sepulang bekerja dari Dtech Engineering, Feri terbiasa memberi makan sapi dan membersihkan kotoran di kandang secara rutin. Ia juga terbiasa biasa mencari kayu bakar di ladang untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Seluruh pekerjaan tersebut Feri lakukan tanpa ada rasa segan ataupun malu.

Di sisi lain, jeratan kemiskinan dan segala keterbatasan yang dialami, membuat orang tua Feri khawatir akan masa depan anaknya. Oleh karena itu, baik Feri maupun orang tuanya sangat berharap, dengan melanjutkan sekolah ke SMK, dapat membawa perbaikan nasib Feri dan keluarganya. 


Feri dan ibunya.

***

Dtech Engineering sebagai salah satu industri yang mendukung pelaksanaan program SMK PK mengakui adanya perbedaan signifikan antara lulusan SMK yang pernah belajar di Tefa dengan yang tidak. “Siswa yang sudah pernah ikut Tefa ataupun siswa yang belum ikut Tefa itu sangat berbeda, se-simple kedisiplinan. Terus budaya 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin), termasuk budaya safety saat bekerja.” terang Dian Rizki Alfiansyah, General Manager di DTech Engineering Salatiga.

Keunggulan ini juga yang menjadikan Dtech Engineering berani merekrut Feri sebagai karyawan tetap di perusahaan mereka, meskipun Feri belum memiliki pengalaman bekerja sebelumnya. Bagi perusahaan, Feri merupakan salah satu lulusan terbaik yang mampu beradaptasi dan mampu bekerja dengan optimal. 

Namun, perjuangan Feri tak berhenti di sini. Menjadi supervisor produksi di perusahan yang cukup besar merupakan langkah awal ia dalam meniti kesuksesan untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik. Kesempatan yang ia dapat dari program SMK PK menjadi modal awal yang berharga untuk meningkatkan kualitas, kompetensi, dan kapasitas diri dalam pekerjaan. Impiannya pun tidak muluk-muluk, “Saya ingin orang tua saya tetap ada saat saya sukses nanti,” ujar Feri penuh harapan.

Kisah Feri dan program Tefa SMK PK lebih detail dapat disaksikan dalam siniar PERSPEKTIF “SMK dan Industri: Kolaborasi Bangun Negeri”. (Farida Z.)