Kembali ke Atas

Kabar

Kesempatan Belajar untuk Semua: Cerita Arul dan PPDB

Ir. Soekarno, Bapak Bangsa Indonesia, menginspirasi kita dengan pesan, "Jika kita mempunyai keinginan yang kuat… seluruh alam semesta akan bahu-membahu mewujudkannya". 

Semangat juang yang tak kenal menyerah, mampu mengantarkan seseorang meraih cita-cita, sebesar apa pun rintangannya.

Keterbatasan ekonomi sering kali menjadikan seseorang terpuruk dan memilih menyerah dalam meraih cita-cita. Meskipun begitu, banyak juga kisah inspiratif dari siswa dengan latar belakang ekonomi sulit, tetapi masih memiliki tekad dan motivasi tinggi. 

Salah satunya Arul Kiransah, siswa kelas 10 SMA Negeri 1 Pontianak. Arul lahir dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Ia anak keempat dari delapan bersaudara, dengan ayah yang bekerja sebagai buruh dan ibu yang berjualan kue.

Keterbatasan ekonomi itu tidak membuat mimpi Arul pupus. Ia justru makin terpacu untuk mewujudkan mimpi bersekolah di sekolah impiannya sejak SD.

Bagi Arul, mengenyam pendidikan di  SMA Negeri 1 Pontianak sering kali hanya sekadar mimpi bagi anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu. Beruntung, Arul dapat diterima di SMA tersebut melalui jalur afirmasi.

Ketentuan saat ini mengenai Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang menerapkan proporsi jalur afirmasi memberikan kemudahan bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu untuk tetap mendapatkan layanan pendidikan.

“Aku sangat bersyukur diterima di SMA Negeri 1 ini melalui jalur afirmasi, karena melalui jalur afirmasi, finansialku sedikit terbantu,” ujarnya saat diwawancarai tim PSKP.

SMA Negeri 1 Pontianak merupakan salah satu sekolah terbaik yang memiliki lingkungan pembelajaran yang kondusif, fasilitas bagus, dan variasi kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pengembangan minat dan bakat siswa. Lingkungan SMA yang positif membuat para siswa dapat belajar dengan nyaman tanpa membeda-bedakan status.

***

Statusnya sebagai siswa di sekolah negeri yang cukup terpandang di Kota Pontianak tidak lantas membuat Arul berpangku tangan dan terlena. Sambil bersekolah, Arul tetap membantu ibunya berjualan kue—kebiasaan yang sudah ia lakukan sejak SD. Setiap hari Arul membawa kue dagangan ibunya untuk dijual di sekolah.

Selain membantu berjualan, Arul juga membantu ibunya membuat getuk. Mulai dari mencuci singkong hingga menitipkan dagangan tersebut ke warung.


Keseharian Arul membantu ibunya mengupas singkong.   


“Dari sejak dia SD sampai sekarang, saya masih jualan. Pergi sekolah, dia bawa dagangan dan disimpan di rak sepeda. Biasanya bawa kue 40 sampai 50 buah. Ketika dibawa pulang, tempatnya sudah kosong. Terus, dia orangnya penurut, selalu mendengarkan nasehat saya,” ujar Ibu Arul. Kebiasaan Arul itu membuat kedua orang tuanya bangga.

Bersekolah sambil berjualan bukan menjadi hal yang memalukan bagi Arul. Respons lingkungan yang sangat positif menjadi motivasi baginya untuk tetap semangat belajar meskipun harus sambil berjualan. Teman-teman dan para guru adalah pelanggan tetap kue-kue yang Arul jual.

Dalam berinteraksi, baik teman-teman maupun gurunya tidak memandang status sosial atau membedakannya dengan siswa lain. Hal tersebut membuat Arul senang dan bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga besar SMA Negeri 1 Pontianak.

***

Sejak kecil, Arul bercita-cita menjadi dokter agar dapat membantu orang-orang dengan kesulitan ekonomi untuk tetap bisa mendapatkan pengobatan yang memadai. Ia bertekad untuk menjadi seorang dokter yang memiliki empati kepada sesama. Keadaan ekonomi yang kurang baik tidak membuat Arul menyerah. Arul tidak pernah bosan untuk belajar dan terus fokus pada tujuan yang ingin dicapai.

Sifat pantang menyerah yang dimiliki Arul adalah buah dari didikan orang tuanya. Saryana, ibu Arul, sangat mengutamakan pendidikan untuk anak-anaknya. Meskipun di tengah keterbatasan,  kedelapan anaknya tidak ada yang putus sekolah. Saryana memiliki tekad agar anak-anaknya harus tetap mengenyam pendidikan, meski dengan keterbatasan ekonomi.

Di tengah kehidupan sederhananya, banyak filosofi yang dapat dipetik. Ayah Arul menerapkan prinsip “Banyak pun habis, sedikit pun cukup” pada anak-anaknya. Kutipan tersebut bermakna, semua akan bisa merasakan jika dibagi rata, meskipun sedikit. Dalam menjalani kehidupan dalam keterbatasan, orang tua Arul selalu berikhtiar dan percaya kepada Allah Swt.

Sebagai seorang ibu, Saryana berharap agar anak-anaknya mendapat pekerjaan dan kehidupan yang layak. Bagi Saryana dan suaminya, ketaatan kepada agama, perilaku yang terjaga, serta kemandirian menjadi hal-hal utama yang ditanamkan kepada semua anak mereka. Nilai-nilai yang ditanamkan tersebut menjadi prinsip hidup yang dijalankan Arul dalam kesehariannya. 

***

Pada masa sebelumnya, siswa dari keluarga ekonomi lemah ataupun siswa tanpa prestasi akademik yang menonjol cenderung sulit untuk bersekolah di sekolah terbaik. Kisah Arul menjadi salah satu gambaran tentang bagaimana sistem PPDB memberikan kesempatan kepada banyak siswa dari kelompok marginal, agar tetap bisa mendapatkan kesempatan bersekolah secara layak.

Arul tetap dapat bersekolah di SMA Negeri 1 Pontianak melalui kuota jalur afirmasi, yaitu jalur PPDB yang diperuntukkan bagi calon peserta didik dari keluarga ekonomi kurang mampu dan penyandang disabilitas.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang PPDB berupaya menciptakan sistem  penerimaan peserta didik yang terbuka dan berkeadilan. PPDB memiliki empat jalur, yaitu zonasi, afirmasi, perpindahan tugas orang tua/wali, dan prestasi. Dengan adanya variasi jalur PPDB, setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan. 

Selain itu, sistem PPDB tersebut dapat menghilangkan kesan sekolah favorit pada salah satu sekolah tertentu. Sistem PPDB bertujuan agar terjadi pemerataan akses dan kualitas, di mana setiap sekolah memiliki keunggulan dan kemampuan yang sama, baik dari segi sarana prasarana maupun kompetensi guru.

Pada 2024, kebijakan PPDB di Kalimantan Barat menetapkan kuota jalur zonasi sebesar 60 persen, jalur afirmasi tetap 15 persen dengan 2 persen untuk penyandang disabilitas, dan kuota jalur prestasi sebesar 20%. Jumlah sekolah yang sedikit di Kota Pontianak belum dapat mencakup jumlah siswa yang ada di daerah tersebut. Oleh karena itu, kuota jalur zonasi diperbesar untuk memberikan manfaat keberadaan sekolah bagi masyarakat di lingkungan sekitar.

Siswa yang kondisi ekonominya kurang mampu atau penyandang disabilitas dapat mengakses sekolah-sekolah umum melalui kebijakan PPDB tersebut. Kisah Arul menjadi contoh kekuatan transformasi sistem PPDB yang memberikan akses pendidikan berkualitas kepada siswa. Melalui jalur afirmasi, Arul dapat memupuk cita-citanya. 

Arul di halaman sekolah impiannya.

Kisah Arul dan praktik baik penerapan PPBD lebih detail dapat disaksikan dalam siniar PERSPEKTIF: “PPDB Beri Kesempatan Semua Anak Bisa Sekolah”. (Alifah Putri)